Kota Jantho, NEWSCEOACEH.COM – Demi mewujudkan kemajuan dunia pendidikan, Pemerintah Aceh Besar menggelar Seminar dan Workshop Internasional Collaboration Indonesia – Malaysia tentang program Science, Technology, Engineering, Mathematics – Character (STEM-C), yang diikuti 120 Guru Penggerak di Aula Balai Guru Penggerak Provinsi Aceh, Lubok, Ingin Jaya, Selasa (21/3/2023).
Penjabat (Pj) Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto melalui Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Agus Jumaidi S.Pd M.Pd saat membuka kegiatan tersebut, mengatakan, pihaknya memberikan dukungan untuk kemajuan dunia pendidikan dengan pelaksanaan kurikulum merdeka yang berkolaborasi dengan STEM-C.
“Untuk memajukan dunia pendidikan harus berkolaborasi, STEM-C salah satu program untuk melahirkan individu yang kreatif, inovatif dan berkarakter,” kata Agus Jumaidi.
Ia mengaku program STEM-C ini sejalan dengan tujuan Sistim Pendidikan Terpadu (SPT) yang tengah berjalan di Aceh Besar dan Program Indonesia Bergerak, sehingga Seminar dan Workshop ini diikuti oleh Guru Penggerak Aceh Besar untuk peningkatan kapasitas keilmuan dalam menggerakkan dunia pendidikan.
“120 Guru berpartisipasi dalam Seminar dan Workshop Internasional ini untuk mengupgrade kemampuannya,” ujarnya.
Dalam kegiatan tersebut, Pemkab Aceh Besar menghadirkan Penggagas STEM-C, Prof Ts Dr. Mohammad Sattar Rasul dari Malaysia untuk memberikan peningkatan kapasitas para Guru penggerak agar mampu melahirkan individu yang kreatif, inovatif dan berkarakter dimasa depan. “Maka kita menghadirkan langsung penggagas STEM-C dari Malaysia,” ujar Agus.
Kepala Balai Guru Penggerak Aceh Teti Wahyuni S.Si M.Pd, mengaku STEM-C ini sejalan dengan kurikulum merdeka, karena berorientasi pada meningkatkan pembelajaran berbasis projek untuk mewujudkan karakter manusia yang berkarakter pancasila.
“Untuk itu, guru harus terlebih dahulu memiliki kesepahaman yang kuat dan memiliki nilai positif agar bisa menjadi panutan bagi siswa,” katanya.
Sementara itu, Dr. Saminan MPd, mewakili Ketua STEM-C USK juga menyatakan siswa tidak cukup memiliki nilai akademik yang bagus namun tidur saat tiba di rumah.
“Anak harus dididik mandiri untuk menciptakan pekerjaan bukan pencari kerja,” ujarnya.
STEM-C bukan untuk memahami matematika dan teknologi saja, tetapi jauh dari itu agar bisa melakukan hal yang lebih besar dimasa depan seperti menyelesaikan persoalan dan kebutuhan dimasa depan, ditambah memiliki karakter yang islami dan guru harus menjadi pembangun siswa untuk menuju STEM-C.
Seminar dan Workshop Internasional ini akan berlangsung selama 8 jam dan akan ditindaklanjuti di lapangan dan konsultasi nantinya sehingga mencapai 32 jam. (**)