Laweung, CEO ACEH — Di Kabupaten Pidie, tepatnya di Gampong Laweung, Kecamatan Muara Tiga, terdapat sebuah gua berbalut cerita mistis dan sejarah Islam yang dikenal dengan nama Guha Tujoh Laweung. Masyarakat meyakini gua ini memiliki lorong yang tembus hingga ke Mekkah, serta menjadi tempat bertapanya tujuh aulia.
Guha Tujoh terletak di pinggir Jalan Raya Banda Aceh–Medan, tepatnya KM 100. Lokasi gua dapat dijangkau sekitar 40 menit atau berjarak 29 kilometer dari Kota Sigli. Akses menuju gua relatif mudah dilalui kendaraan roda dua dan roda empat dengan kondisi jalan yang sebagian besar sudah beraspal, meskipun sekitar 700 meter menuju gua masih berbatu dan belum diaspal.
Saat tiba di lokasi, tidak ada gapura khusus, hanya papan penanda sederhana bertuliskan “Lokasi Guha Tujoh”. Wartawan media ini berkesempatan menelusuri gua ditemani sekelompok pemuda desa yang peduli wisata, sekaligus menjadi pemandu lokal.
Memasuki gua, wisatawan akan merasakan suhu dingin, suasana gelap, dan tetesan air dari celah-celah bebatuan. Di dalam gua terdapat beberapa tempat yang diyakini keramat, seperti tempat bertapa, batu berbentuk orang salat, batu pelaminan, batu gantung, bahkan batu yang dipercaya menyerupai orang yang dikutuk akibat maksiat. Di gua ini juga terdapat kolam air yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit.
Guha Tujoh memiliki banyak stalaktit dan stalakmit yang memukau layaknya pahatan alami, serta relief ukiran lafaz asma Allah di atap batu. Pengunjung pun dibuat kagum dengan keunikan batu-batuan yang menyerupai rajawali bersujud, mimbar, hingga batu bergantung yang seolah melawan gravitasi.
Selain nilai sejarah, mitos Guha Tujoh juga masih hidup di tengah masyarakat. Cerita turun-temurun menyebutkan salah satu lorong gua ini menembus langsung ke Mekkah, meski hingga kini belum terbukti secara ilmiah. Ribuan kelelawar juga menghuni gua ini, namun tidak mengganggu wisatawan saat siang hari.
Sayangnya, fasilitas penunjang di kawasan Guha Tujoh masih sangat terbatas. Tidak tersedia rambu pengunjung, musala, tempat parkir memadai, maupun seragam pemandu wisata. Bahkan penerangan dan peralatan keselamatan seperti senter, lentera, dan pelindung kepala juga belum disediakan. Para pemuda pemandu wisata tetap sigap mendampingi pengunjung, meski sarana pendukung masih minim.
Pemerhati sosial-budaya Aceh yang juga mantan pembina Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) serta Dewan Pakar Dewan Kesenian Aceh, Muhammad T. Is, mendorong agar Pemerintah Kabupaten Pidie, Pemerintah Aceh, serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menaruh perhatian lebih pada potensi Guha Tujoh.
“Pemerintah perlu segera merehabilitasi kawasan Guha Tujoh, membangun gapura, merapikan jalan, menyediakan lahan parkir, tempat ibadah, serta fasilitas pendukung lain. Selain itu, dibuat brosur promosi, pembentukan Pokdarwis oleh kepala desa, dan penataan sampah yang mengganggu kenyamanan wisatawan,” ujar Muhammad T. Is.
Ia juga berharap Guha Tujoh bisa dijadikan destinasi wisata khusus bernuansa Islami, dengan pengelolaan yang profesional agar meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.
“Para pemuda penjaga Guha Tujoh sangat membutuhkan fasilitas agar pengunjung merasa nyaman dan aman, serta adanya perhatian nyata dari pemerintah Kabupaten Pidie dan Pemerintah Aceh,” pungkasnya.