Jakarta, NEWSCEOACEH.COM – Sagu sebagai komoditas perkebunan memiliki potensi luar biasa, jadi peluang usaha menarik dan menguntungkan. Kini, pasar sagu semakin terbuka, muncul pelaku usaha baru tertarik menggeluti bisnis di dunia sagu.
Menteri Pertanian, beri arahan agar setiap jajarannya terus mendorong program/kegiatan berbasis pangan lokal, meningkatkan inovasi produk turunannya untuk menambah nilai jual dan berdaya saing. “Kementan terus mendukung petani dan pelaku usaha perkebunan agar terus berkreasi supaya sagu menjadi beragam produk pangan sehat, menjadi solusi jitu hadapi krisis pangan dunia. Kolaborasi, sinergi dan komitmen bersama diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah sagu ini guna membangkitkan ekonomi masyarakat karena sagu bisa menjadi bahan pangan lokal untuk ketahanan pangan nasional,” ujar Baginda Siagian, Direktur Perlindungan Perkebunan Ditjen Perkebunan, Kementan.
Baginda menambahkan, Hal menarik dari produk turunan sagu lainnya, kini tak hanya tepung sagu, beras sagu saja, terus bermunculan produk baru seperti mie sagu sehat dan biskuit sagu yang aman untuk dikonsumsi bagi anak-anak yang memiliki sensitivitas terhadap suatu alergi, seperti alergi pada protein gluten.
Produk turunan sagu terbukti telah berhasil, salah satunya Sago Mee, mie berbahan baku sagu ini sangat digemari segala kalangan. Selain karena varian rasa beragam dan rasanya yang enak, kandungan Sago Mee aman dikonsumsi karena Gluten Free, Low Glycemic Index Non-GMO, Non-MSG dan Rich Prebiotic, kemasan menarik serta cara penyajiannya pun mudah dikonsumsi, ditambah tak sulit mencari produk pangan dari sagu ini karena bisa ditemukan di marketplace.
Juniar, selaku pemilik Sago Mee PT. Langit Bumi Lestari mengatakan, SagoMee telah launching sejak Oktober 2020, saat ini mayoritas dijual ke Jawa dan Sumatera, secara online maupun offline. Kemasan cup Sago Mee untuk di daerah Jawa dibandrol seharga Rp. 10.000, sedangkan untuk Sumatera sebesar Rp. 12.000. “Sago Mee sudah ekspor beberapa kali ke Malaysia. Saat ini beberapa negara lainnya sedang approach untuk ekspor Sago Mee seperti Europe, USA,” ujar Juniar saat dihubungi Tim Ditjen Perkebunan (22/10).
Juniar menambahkan, Sago Mee bisa bantu kita mengenalkan kepada pasar global khususnya generasi muda agar lebih mengenal sagu Indonesia dan ragam produk turunannya. “Indonesia market mie instan Nomor 2 di dunia. Melalui SagoMee ini, edukasi sagu ke kalangan millenial lebih mudah dilakukan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, alasannya memilih kembangkan sagu, karena kearifan pangan lokal, dan potensi hutan sagu Indonesia terluas di dunia sehingga terjaminnya stok bahan baku, serta industri tepung sagu termodern pertama didunia saat ini ada di Indonesia, alami diproses dengan teknologi modern dan kualitas makanan higienis terjamin. Sagu siap penuhi kebutuhan pangan lokal nusantara dan dunia secara sustainable tanpa harus merubah fungsi hutan seperti tanaman pangan lainnya.
Menurut Juniar, Diketahui Jepang mempunyai Sago Society Foundation, namun sumber daya hutan sagu terbatas, sehingga mencari pangan alternatif lain selain gandum dan beras. “Tentunya ini peluang besar harus libatkan semua pihak, baik itu petani, stakeholders, swasta, institusi pemerintah, badan riset dan lainnya. Berharap sagu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Semoga dengan peluang bisnis yang besar ini, bisa kita tangkap dan bersama terus kembangkan potensi sagu dan hasilkan produk turunan yang semakin inovatif dan bermanfaat, serta stok bahan baku terjamin, dari hulu hingga hilir, termasuk promosinya, serta saling menguntungkan,” harapnya.
Tak hanya Sago Mee, inovasi produk yang kami keluarkan berupa Sago Cookies, Sago Pearl, Fish Ball, Fukien, Sago Brownies, Oreo Black Swiss Roll dan lainnya. Sejauh ini respon baik dari masyarakat termasuk generasi muda, terbukti penjualan kian meningkat, dan tentunya berdampak positif bagi kesejahteraan petani sagu.