Banda Aceh | Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Ahmadriswan Nasution menyebutkan produksi padi di Tanah Rencong turun 24,45 persen secara quarter to quarter (q to q). Hal itu sesuai aktivitas produksi fenomena triwulan empat 2023.
“Produksi padi menurun 24,25 persen secara q to q,” kata Ahmadriswan, Senin, 5 Februari 2024.
Dia menyampaikan meski produksi padi menurun, namun distribusi tanaman yang masuk dalam sektor pertanian, kelautan, dan perikanan tersebut terbilang tinggi untuk pertumbuhan ekonomi Aceh.
Berdasarkan data BPS Aceh, pertumbuhan c to c menurut lapangan usaha triwulan empat untuk sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan adalah 6,72 persen.
Lalu distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan adalah 30,71 persen. Ini menjadi penyumbang tertinggi selama 2023.
Sedangkan sumber pertumbuhan ekonomi secara c to c sektor pertanian, kelautan, dan perikanan adalah 1,86 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi berasal dari sektor ini.
Selanjutnya, tren sumber pertumbuhan PDRB Aceh mulai 2021-2023 untuk sektor pertanian, kelautan, dan perikanan yakni -0,05 persen (2021), 0,91 (2022), dan 1,86 (2023).
“Memang benar produksi padi itu menurun, tetapi kontribusinya terhadap pembangunan masih tinggi,” ujar Ahmadriswan.
Kondisi tersebut, dikatakan Kepala BPS Aceh, menjadi bukti bahwa perekonomian di daerah berjulukan Serambi Mekkah ini bergantung kepada hasil dari pertanian, kelautan, dan perikanan.
“Artinya memang ciri-ciri pembangunan di Aceh masih berbasis pertanian,” kata Ahmadriswan.
Sementara itu, Asisten Administrasi Umum atau Asisten 3 Sekda Aceh, Iskandar, mengatakan pemerintah siap mengupayakan perbaikan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Pemerintah menyiapkan perbaikan ke depan terkait peningkatan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan pengelolaan industri,” imbuh Iskandar.