Jantho, Aceh Besar – Lembaga pendidikan di Aceh dinilai perlu mewajibkan pembentukan karakter atau pendidikan akhlak kepada peserta didik sebelum guru memulai pelajaran di kelas. Hal ini disampaikan oleh Maswadi, Syarif, M.Pd., yang dikenal aktif mengkritisi arah pendidikan di Aceh.
Maswadi menyoroti lemahnya penanaman nilai adab dan sopan santun di sekolah-sekolah, yang berdampak pada menurunnya sikap hormat siswa terhadap guru dan orang tua. Ia menyebut kondisi ini sebagai tanda krisis akhlak di kalangan generasi muda Aceh.
“Selama ini, siswa datang ke sekolah hanya untuk mengejar nilai akademik, tapi lupa bagaimana bersikap. Padahal, akhlak lebih penting dari sekadar angka di rapor,” ujarnya.
Ia mendorong Dinas Pendidikan Aceh untuk segera mengeluarkan regulasi yang mewajibkan setiap sekolah memiliki guru pembimbing akhlak. Menurutnya, pendidikan akhlak harus diajarkan secara khusus, dengan metode yang konsisten dan mendalam.
“Manusia berakhlak adalah pengikut sejati Nabi Muhammad SAW. Rasulullah pun diutus Allah SWT semata-mata untuk memperbaiki akhlak umat, dari akhlak jahiliah menjadi akhlak Islam,” lanjutnya.
Maswadi juga menekankan bahwa pembimbing akhlak di sekolah sebaiknya berasal dari kalangan Tgk. atau lulusan pesantren, yang memiliki pemahaman keislaman dan nilai moral yang kuat.
“Setiap sekolah di Aceh wajib memiliki pendamping akhlak bagi siswa. Ini bukan sekadar saran, tapi kebutuhan mendesak agar generasi Aceh tumbuh menjadi pribadi yang santun, cerdas, dan beradab,” tegasnya.